BAB 10
Sub
Pokok Pembahasan :
1.
Efisiensi Perusahaan Koperasi
2.
Efektivitas
Koperasi
3.
Produktivitas
Koperasi
4.
Analisis
Laporan Koperasi
EVALUASI
KEBERHASILAN KOPERASI DILIHAT DARI SISI PERUSAHAAN
1.
Efisiensi Perusahaan Koperasi
Koperasi
merupakan badan usaha yang dilandasi dengan kumpulan orang-orang bukan kumpulan
modal. Oleh karena itu koperasi tidak boleh terlepas dari ukuran efisiensi bagi
usahanya, meskipun tujuan utamanya melayani anggota.
Ukuran
kemanfaatan ekonomis adalah manfaat ekonomi dan pengukurannya dihubungkan
dengan teori efisiensi, evektifitas serta waktu terjadinya transaksi atau
diperolehnya manfaat ekonomi.
Efisiensi
adalah penghematan inptu yang di ukur dengan cara membandingkan input anggaran
atau seharusnya (Ia) dengan input realisasi atau sesungguhnya (Is), jika Is
< Ia disebut (efisien). Efisiensi koperasi adalah suatu teori yang membahas
tentang suatu hasil yang sesuai dengan kemauan dan harapan yang akan membuahkan
hasil yang maksimal. Dihubungkan dengan waktu terjadinya transaksi/
diperolehnya manfaat ekonomi oleh anggota dapat dibagi menjadi dua jenis
manfaat ekonomi yaitu:
- Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) adalah manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota langsung diperoleh pada saat terjadinya transaksi antara anggota dengan koperasinya.
- Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL) adalah manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota bukan pada saat terjadinya transaksi, tetapi diperoleh kemudian setelah berakhirnya suatu periode tertentu atau periode pelaporan keuangan/pertanggung jawaban pengurus dan pengawas, yakni penerimaan SHU anggota.
Manfaat
ekonomi pelayanan koperasi yang diterima anggota dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut : TME = MEL = METL MEN = (MEL + METL) – BA
Bagi
suatu badan usaha koperasi yang melaksanakan kegiatan serba usaha
(multipurpose), maka besarnya manfaat ekonomi langsung dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut : MEL = EfP + EfPK + Evs + EvP + EvPU METL = SHUa
Efisiensi perusahaan/ badan usaha koperasi.
Tingkat
efisiensi biaya pelayanan BU ke anggota (TEBP) = Realisasi biaya usaha anggaran
biaya usaha jika TEBU < 1 berarti efisiensi biaya usaha.
2.
Efektivitas Koperasi
Efektivitas adalah
pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran
atau seharusnya (Oa), dengan output realisasi atau seharusnya (Os), jika Os
> Oa disebut efektif.
Rumus
perhitungan efektivitas koperasi (EvK) adalah sebagai berikut:
EvkK
= Realisasi SHUk + Realisasi MEL
Anggaran
SHUk + Anggaran MEL
=
Jika EvK > 1, berarti Efektif
3.
Produktivitas Koperasi
Produktivitas
adalah pencapaian target output (O) atas input yang digunakan (I), jika
(O>1) disebut produktif.
Rumus
perhitungan produktivitas perusahaan koperasi :
PPK =
SHU X 100 %
Modal
koperasi
= Rp.
102,586,680 X 100%
Rp. 118,432,448
Rp. 86.62
Dari
hasil ini dimana PPK > 1 maka koperasi ini adalah produktif.
- Rentabilitas Koperasi
Untuk
mengukur tingkat Rentabilitas koperasi KSU SIDI maka digunakan rumus
perhitungan sebagai berikut :
Rentabilitas
= SHU X 100%
- Aktiva Usaha
= Rp.
102,586,680 X 100%
Rp. 518,428,769
Rp. 19.79 %
Dari
hasil ini didapat disimpulkan bahwa setiap Rp. 100,- aktiva usaha mampu
menghasilkan sisa hasil usaha sebesar Rp. 19.79,-. Hal ini berarti koperasi KSU
SIDI Sanur mampu mengembangkan usahanya dengan baik kearah yang meningkat.
4.
Analisis Laporan Koperasi
Laporan
keuangan koperasi merupakan bagian dari laporan pertanggung jawaban pengurus
tentang tata kehidupan koperasi. Laporan keuangan sekaligus dapat dijadikan
sebagai salah satu alat evaluasi kemajuan koperasi. Laporan keuangan koperasi
berisi :
- Neraca
- Perhitungan hasil usaha (income statment)
- Laporan arus kas (cash flow)
- Catatan atas laporan keuangan
- Laporan perubahan kekayaan bersih sebagai laporan keuangan tambahan
Perhitungan
hasil usaha pada koperasi harus dapat menunjukan usaha yang berasal dari
anggota dan bukan anggota. Alokasi pendapatan dan beban kepada anggota dan
bukan anggota pada perhitungan hasil usaha berdasarkan perbandingan manfaat
yang diterima oleh anggota dan bukan anggota.
Laporan
koperasi bukan merupakan laporan keuangan konsolidasi dari koperasi-koperasi.
Dalam hal ini terjadi penggabungan dua atau lebih koperasi menjadi satu badan
hukum koperasi, maka dalam penggabungan tersebut perlu memperhatikan nilai
aktiva bersih yang riil dan bilamana perlu melakukan penilaian kembali. Dalam
hal operasi mempunyai perusahaan dan unit-unit usaha yang berada dibawah satu
pengelolaan, maka disusun laporan keuangan konsolidasi atau laporan keuangan
gabungan.
BAB
11
Sub
Pokok Pembahasan :
1.
Peranan Koperasi di berbagai keadaan persaingan :
1. Di Pasar Persaingan Sempurna
- Di Pasar Monopolistik
- Di Pasar Monopsoni
- Di Pasar Oligopoli
PERANAN
KOPERASI
Peranan
Koperasi di Berbagai Keadaan Persaingan
Peranan
koperasi diberbagai keadaan persaingan, koperasi dalam berbagai bentuk pasar.
Berdasarkan sifat dan bentuknya pasar yaitu :
- Pasar dengan persaingan sempurna (perfect competitive market)
- Pasar dengan persaingan tidak sempura (imperfect competitive market), yaitu monopoli
- persaingan monopolistik (monopolistic competition) dan oligopoli
- 1. Di pasar persaingan sempurna
Ciri-ciri
pasar persaingan sempurna :
- Adanya penjual dan pembeli yang sangat banyak
- Produk yang dijual perusahaan adalah sejenis (homogen)
- Perusahaan bebas untuk masuk dan keluar
- Para pembeli dan penjual memiliki informasi yang sempurna
- 2. Di pasar Monopolistik
Ciri-ciri
pasar monopolistik :
- Banyak penjual atau pengusaha dari suatu produk yang beragam
- Produk yang dihasilkan tidak homogen
- Ada produk substitusinya
- Keluar atau masuk ke industri relatif mudah
- Harga produk tidak sama disemua pasar, tetapi berbeda-beda sesuai dengan keinginan penjualnya.
- 3. Di Pasar Monopsoni
Ciri-ciri
pasar monopsoni ;
- Ada penjual banyak tetapi hanya ada satu pembeli
- 4. Di Pasar Oligopoli
Oligopoli
adalah struktur pasar dimana hanya ada beberapa perusahaan (penjual) yang
menguasai pasar. Dua strategi dasar untuk koperasi dalam pasar oligopoli adalah
strategi harga dan non harga.
Untuk
menghindari perang harga, perusahaan akan mengadakan product defferetiation dan
memperluas pasar dengan cara melakukan kegiatan advertensi, membedakan mutu dan
produk.
Koperasi
dengan kemampuan sama di pasar oligopoli :
- Penawaran harga yang bersifat predator
- Price Leadership : Price Leadership oleh perusahaan dengan biaya terendah.
BAB
12
Sub
Pokok Pembahasan :
1. Pembangunan Koperasi di Negara
Berkembang
PEMBANGUNAN
KOPERASI
Pembangunan
Koperasi di Negara Berkembang
Kendala
yang dihadapi masyarakat dalam mengembangkan koperasi di negara berkembang
adalah sebagai berikut :
- Sering koperasi, hanya di anggap sebagai organisasi swadaya yang otonom partisipatif dan demokratis dari rakyat kecil (kelas bawah) seperti petani, pengrajin, pedagang dan pekerja/buruh.
- Selain itu ada berbagai pendapat yang berbeda dan diskusi-diskusi yang controversial mengenai keberhasilan dan kegagalan serta dampak koperasi terhadap proses pembangunan ekonomi sosial di negara-negara dunia ketiga (sedang berkembang) merupakan alasan yang mendesak untuk mengadakan perbaikan tatacara evaluasi atas organisasi-organisasi swadaya koperasi.
- Kriteria (tolok ukur) yang di pergunakan untuk mengevaluasi koperasi seperti perkembangan anggota dan hasil penjualan koperasi kepada anggota, pangsa pasar penjualan koperasi, modal penyertaan para anggota, cadangan SHU, rabat dan sebagainya. Telah dan masih sering digunakan sebagai indikator mengenai efesiensi koperasi.
konsepsi
mengenai sponsor pemerintah dalam perkembangan koperasi yang otonom dalam
bentuk model dua tahap, yaitu :
Tahap
pertama : Offisialisasi yaitu mendukung perintisan pembentukan organisasi
koperasi. Tujuan utama selama tahap ini adalah merintis pembentukan koperasi
dari perusahaan koperasi, menurut ukuran, struktur dan kemampuan manajemennya,
cukup mampu melayani kepentingan para anggotanya secara efisien dengan
menawarkan barang dan jasa yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya dengan
harapan agar dalam jangka panjang mampu dipenuhi sendiri oleh organisasi
koperasi yang otonom.
Tahap
kedua : De Offisialisasi yaitu melepaskan koperasi dari
ketergantungannya pada sponsor dan pengawasan teknis, manajemen dan keuangan
secara langsung dari organisasi yang dikendalikan oleh negara. Tujuan utama
dari tahap ini adalah mendukung perkembangan sendiri koperasi ketingkat
kemandirian dan otonom artinya bantuan, bimbingan dan pengawasan atau
pengendalian langsung harus dikurangi.
Kelemahan-kelemahan
dalam penerapan kebijakan dan program yang mensponsor pengembangan koperasi,
yaitu :
- Untuk membangkitkan motivasi para petani agar menjadi anggota koperasi desa, ditumbuhkan harapan-harapan yang tidak realistis pada kerjasama dalam koperasi bagi para anggota dan diberikan janji-janji mengenai perlakuan istimewa melalui pemberian bantuan pemerintah.
- Selama proses pembentukan koperasi persyaratan dan kritieria yang mendasar pembentukan kelompok-kelompok koperasi yang kuat dan efisien, dan perusahaan koperasi yang mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya secara otonom, tidak mendapat pertimbangan yang cukup.
- Karena alasan-alasan adminitratrive, kegiatan pemerintah sering kali dipusatkan pada pembentukan perusahaan koperasi, dan mengabaikan penyuluhan, pendidikan dan latihan para anggota, anggota pengurus dan manajer yang dinamis, dan terutama mengabaikan pula strategi-strategi yang mendukung perkembangan sendiri atas keikut sertaan anggota koperasi.
- Koperasi telah dibebani dengan tugas-tugas untuk menyediakan berbagai jenis jasa bagi para anggotanya, (misalnya kredit), sekalipun langkah-langkah yang diperlukan dan bersifat melengkapi belum dilakukan oleh badan pemerintah yang bersangkutan misalnya penyuluhan.
- Koperasi telah diserahi tugas, atau ditugaskan untuk menangani program pemerintah, walaupun perusahaan koperasi tersebut belum memiliki kemampuan yang diperlukan bagi keberhasilan pelaksanaan tugas dan program itu.
- Tujuan dan kegiatan perusahaan koperasi (yang secara administrative dipengaruhi oleh instansi dan pegawai pemerintah) yidak cukup mempertimbangkan atau bahkan bertentangan dengan kepentingan dan kebutuhan subyektif yang mendesak, dan tujuan-tujuan yang berorientasi pada pembangunan para individu dan kelompok anggota.
Pembangunan
Koperasi di Indonesia
Sejarah
kelahiran dan berkembangnya koperasi di negara maju (Barat) dsn negara
berkembang memang sangat diametral. Di Barat koperasi lahir sebagai gerakan
untuk melawam ketidak adilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam
suasana persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu koperasi meraih posisi
Tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan ekonomi termasuk
dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan yang mengatur koperasi
tumbuh kemudian sebagai tuntunan masyarakat koperasi dalam rangka melindungi
dirinya.
Di
Negara berkembang koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam rangka membangun
institusi yang dapat menjadi mitra Negara dalam menggerakan pembangunan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan
dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di negara berkembang, baik
oleh pemerintah kolonial maupun pemerintahan bangsa sendiri setelah
kemerdekaan, berbagai peraturan perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan
dengan maksud mempercepat pengenalan koperasi dan memberikan arah bagi
pengembangan koperasi serta dukungan/perlindungan yang diperlukan.
Pembangunan
koperasi dapat disrtikan sebagai proses perubahan yang menyangkut kehidupan
perkoperasian indonesia guna mencapai kesejahteraan anggotanya. Tujuan
pembangunan koperasi di indonesia adalah menciptakan keadaan masyarakat
khususnya anggota koperasi agar mampu mengurus dirinya sendiri (self
help).
Permasalahan
Dalam Pembanguna Koperasi
Koperasi
bukan kumpulan modal, dengan demikian tujuan pokoknya harus benar-benar
mengabdi untuk kepentingan anggota dan masyarakat disekitarnya.
Pembangunan
koperasi di Indonesia dihadapkan pada dua masalah pokok, yaitu :
- Masalah Internal Koperasi antara lain : kurangnya pemahaman anggota akan manfaat anggota dan pengetahuan tentang kewajiban sebagai anggota. Harus ada sekelompok orang yang punya kepentingan ekonomi bersama yang bersedia bekerjasama dan mengadakan ikatan sosial. Dalam kelompok tersebut harus ada tokoh yang berfungsi sebagai penggerak organisatoris untuk menggerakan koperasi ke arah sasaran yang benar.
- Masalah Eksternal Koperasi antara lain : iklim yang mendukung pertumbuhan koperasi belum selaras dengan kehendak anggota koperasi, seperti kebijakan pemerintah yang jelas dan efektif untuk perjuangan koperasi, sistem prasrana, pelayanan, pendidikan dan penyuluhan.
Kunci
Pembangunan Koperasi
- Menurut Ace Partadiredja Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan koperasi Indonesia adalah rendahnya tingkat kecerdasan masyarakat indonesia. Hal ini disebabkan karena pemerataan tingkat pendidikan sampai kepelosok baru dimulai tahun 1986, sehingga dampak baru bisa dirasakan paling tidak 15 tahun setelahnya.
- Menurut Baharuddin bahwa faktor penghambat dalam pembangunan koperasi adalah kurangnya dedikasi pengurus terhadap kelangsungan hidup koperasi. Ini berarti bahwa kepribadian dan mental pengurus, pengawas, dan manajer belum berjiwa koperasi sehingga masih perlu diperbaiki lagi.
- Menurut Prof. Wagiono Ismangil berpendapat bahwa faktor penghambat kemajuan koperasi adalah kurangnya kerja sama dibidang ekonomi dari masyarakat kota. Kerjasama dibidang sosial (gotong royong) memang sudah kuat, tetapi kerjasama dibidang usaha dirasakan masih lemah, padahal kerjasama dibidang ekonomi merupakan faktor yang sangat menentukan kemajuan lembaga koperasi.
Ketiga
masalah di atas merupakan inti dari masalah manajemen koperasi dan merupakan
kunci maju atau tidaknya koperasi di Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas
koperasi diperlukan keterkaitan timbal balik antara manajemen profesional dan
dukungan kepercayaan dari anggota. Mengingat tantangan yang harus dihadapi
koperasi pada waktu yang akan datang semakin besar, maka koperasi perlu
dikelola dengan menerapkan manajemen yang profesional serta menetapkan kaidah
efektifitas dan efesiensi. Untuk keperluan ini, koperasi dan pembina koperasi
perlu melakukan pembinaan dan pendidikan yang lebih insentif untuk tugas-tugas
operasional. Dalam melaksanakan tugas tersebut, apabila belum mempunyai tenaga
profesional yang tetap, dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan
lembaga-lembaga pendidikan yang terkait.
Dekan
Fakultas Administrasi Bisnis Universitas Nebraska Gaay Schwediman, berpendapat
bahwa untuk kemajuan koperasi maka manajemen tradisional perlu diganti dengan
manajemen yang modern yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Semua anggota diperlakukan secara adil,
- Didukung dengan administrasi yang canggih,
- Koperasi yang kecil dan lemah dapat bergabung (merjer) agar menjadi koperasi yang lebih kuat dan sehat,
- Pembutan kebijakan dipusatkan pada sentra-sentra yang layak,
- Petugas pemasaran koperasi harus bersifat agresif dengan menjemput bola bukan hanya menunggu pembeli,
- Kebijakan penerimaan pegawai didasarkan atas kebutuhan yaitu yang terbaik untuk kepentingan koperasi,
- Manajer selalu memperhatikan fungsi perencanaan dan masalah yang strategis,
- Memprioritaskan keuntungan tanpa mengabaikan pelayanan yang baik kepada anggota dan pelanggan lainnya,
- Perhatian manajemen pada faktor persaingan eksternal harus seimbang dengan masalah internal dan harus selalu melakukan konsultasi dengan pengurus dan pengawas,
- Keputusan usaha dibuat berdasarkan keyakinan untuk memperhatikan kelangsungan organisasi dalam jangka panjang,
- Selalu memikirkan pembinaan dan promosi karyawan,
- Pendidikan anggota menjadi salah satu program yang rutin untuk dilaksanakan.
Referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar