AKHLAK
MAKALAH
Disusun Untuk Melengkapi Tugas Pendidikan Agama
M. Saeful
Anwar, S.Pdi, Al-Hafizh
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Hafidz Q.
Abdillah (13213832)
Dwi Cahyo Buwono
(12213669)
Nabila
(16213256)
Rafdi Shahlan
(17213120)
Ibrahim Hasan
(14213187)
Ratu Lana B. A.
(17213325)
Ulfa Amalia
(19213028)
Sisca Wulandari
(18213511)
Rian nugraha (17213564)
Kelas 1EA11
Program Studi Menejemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, dan tak lupa pula penulis mengirim salam dan salawat kepada
baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawakan penulis suatu ajaran yang benar
yaitu agama Islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Akhlak” ini dengan lancar.
Allah SWT berfirman dalam
surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri
teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21)
Dalam ayat tersebut dengan
jelas Allah SWT menerangkan dan menegaskan bahwa kita sebagai makhluk-Nya
haruslah memiliki sifat atau akhlak yang baik, seperti yang terlihat pada diri
Rasulullah Muhammad SAW. Kepribadian beliau mulai dari, tingkah laku, perkataan
dan pemikiran harus kita teladani agar kita menjadi hamba Allah yang
dicintai-Nya. Manusia yang hidup dalam bimbingan akhlak akan melahirkan suatu
kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntutan
dan tuntunan Allah dan Rasulnya, serta akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Adapun makalah ini ditulis dari hasil penyusunan
data-data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan
dengan agama Islam serta infomasi dari media massa yang berhubungan
dengan tema. Akhir kata, tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penulisan makalah ini,
juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat terselesaikannya
makalah ini. Penulis berharap, makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi iman dan takwa
dalam kehidupan modern. Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Depok, 6 Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim yang berpedoman pada
ajaran-ajaran Islam dapat terpancar dari tingkah lakunya (akhlak) sehari-hari,
baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sosialnya. Tingkah laku yang
baik itulah mencerminkan sikap seorang muslim seperti yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW beliau merupakan contoh dan panutan kita sebagai seorang muslim. Bahkan
Allah SWT dengan jelas berfirman di dalam Al-Quran mengenai akhlak Nabi yang
harus kita contoh dan teladani, yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik)
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab ayat 21)
Nabi Muhammad SAW disegani tidak hanya oleh kaum muslimin, bahkan musuh
kaum muslimin pada zaman itupun juga ikut menyegani Nabi karena sifat dan
tingkah lakunya. Dari kecil hingga dewasa beliau merupakan sosok yang dikenal
memiliki tingkah laku atau akhlak yang mulia, misalnya beliau dipanggil dengan
gelar Al-amin artinya orang yang dapat dipercaya. Beliau sangat sayang dan
menyantuni anak yatim serta kaum dhuafa. Dan masih banyak lagi sifat serta
tingkah laku beliau yang patut kita contoh.
Akhlak bisa dibentuk melalui kebiasaan. Seseorang yang mengerti benar akan
kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah
dan tunduk kepada-Nya merupakan ciri-ciri orang yang mempunyai akhlak. Oleh
karena itu seseorang yang sudah benar-benar memahami akhlak maka dalam
bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,
perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan tindakan
akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.Dengan demikian memahami
akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya
aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat
menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami
akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik, yakni pembuatan itu selalu
diulang-ulang dengan kecenderungan hati (sadar).
Tidak bisa dipungkiri, untuk menjadi manusia yang dihormati dan disegani
oleh masyarakat sekitar kita harus memiliki kepribadian yang bagus dan akhlak
yang mulia. Tidak ada satu orang hebatpun di dunia ini yang tidak memiliki
akhlak yang bagus. Sehebat dan sepintar apapun kita kalau akhlak dan
kepribadian kita jelek dimata masyarakat, maka kita akan dikucilkan dan tidak
dianggap di masyarakat.
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dimanapun kita berada.
Dewasa ini banyak sekali anak yang menentang dan melawan terhadap orang tunya,
ini merupakan fenomona yang lazim terjadi di masyarakat kita, akhlak seorang
anak terhadap orang tua sudah sangat menghawatirkan. Mereka bisa bersikap baik
dengan teman tapi tidak bisa bersikap baik kepada orang tua, ini merupakan
contoh kecil dari penyelewengan akhlak yang sering dilakukan oleh remaja dan
anak zaman sekarang.
1.b Tujuan
1. Mengetahui pengertian akhlak.
2. Mengetahui sumber dan ciri-ciri akhlak islami.
3. Mengetahui pembagian akhlak.
4. Mengetahui akhlak terhadap orang tua, guru, teman atau orang lain.
5. Mengetahui akhlak dalam pergaulan masa kini.
1.c Manfaat Penulisan
Manfaat yang bisa kita ambil dari penulisan makalah yang berjudul
akhlak ini yaitu pembaca diharapkan bisa mengetahui dan mempelajari tentang
akhlak yang baik itu seperti apa, pentingnya akhlak dalam kehidupan sehari-hari
serta bagaimana akhlak dalam bertindak dan bertingakah laku dalam keluarga dan
masyarakat.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Adapaun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain,
sebagai berikut:
1. Apa pengertian akhlak?
2. Apa sumber dan ciri-ciri akhlak islami?
3. Bagaimana pembagian akhlak?
4. Bagaimana akhlak terhadap orang tua, guru, teman atau orang lain?
5. Bagaimana akhlak dalam pergaulan masa kini?
BAB III
PEMBAHASAN
2.a Pengertian Akhlak
Diterjemahkan dari kitab Is’af Thalibi Ridhol Khallaq Bibayani Makarimil
Akhlaq,akhlak adalah sifat-sifat dan perangai yang diumpamakan pada manusia
sebagai gambaran batin yang bersifat maknawi dan rohani.Dimana dengan gambaran
itulah manusia dibangkitkan disaat hakikat segala sesuatu tampak dihari kiamat
nanti.
Sedangkan istilah akhlak menurut Ibnu Maskawi adalah sesuatu keadaan bagi
jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa
melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal
dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang
berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan
pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan
akhlak.
Akhlak adalah kata jamak dari khuluk yang kalau dihubungkan dengan
manusia,kata khuluk lawan kata dari kholq. Perilaku dan tabiat manusia baik
yang terpuji maupun yang tercela disebut dengan akhlak.Akhlak merupakan etika
perilaku manusia terhadap manusia lain, perilaku manusia dengan Allah SWT
maupun perilaku manusia terhadap lingkungan hidup. Segala macam perilaku atau
perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari disebut akhlakul
kharimah atau akhlakul mahmudah.Acuhannya adalah Al-Qur’an dan Hadist serta
berlaku universal.
Rasulullah SAW sendiri mencontohkan kepada kita betapa pentingnya memiliki
akhlak yang baik di kehidupan bermasyarakat baik akhlak kepada orang tua, orang
yang lebih muda, orang yang lebih tua, kepada kaum dhuafa, kepada teman,
tetangga, dan lain sebagainya.
2.b Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami
Persoalan “Akhlak” di dalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat pada Al-Qur’an
dan Al-Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari
bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi
kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak.
Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau
tercela, benar atau salah.
Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam merupakan sistem moral/akhlak
yang berdasarkan Islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah
pada Nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.
Memang sebagaimana disebutkan terdahulu bahwa secara umum
akhlak/moral terbagi atas moral yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan
kehidupan akhirat dan kedua moral yang sama sekali tidak berdasarkan
kepercayaan kepada Tuhan, moral ini timbul dari sumber-sumber sekuler.
Akhlak Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepercayaan
kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama itu
sendiri. Dengan demikian, dasar/sumber pokok daripada akhlak Islam adalah Al-Qur’an
dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama Islam itu sendiri.
Memang tidak disanksikan lagi bahwa segala perbuatan/tidakan manusia
apapun bentuknya pada hakikatnya adalah bermaksud untuk mencapai kebahagiaan
(saadah), dan hal ini adalah sebagai “natijah” dari problem akhlak. Sedangkan
saadah menurut sistem moral/akhlak yang agamis(Islam), dapat dicapai dengan
jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjauhi segala larangan Allah dan
mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar
hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sehubungan dengan Akhlak Islam, Drs. Sahilun A, Nasir menyebutkan bahwa
Akhlak Islam berkisar pada:
1.
Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah, untuk
mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa
kini maupun yang akan datang.
2.
Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah Rasul-Nya,
membawa konsekuensi logis, sebagai standar dan pedoman utama bagi setiap moral
muslim. Ia memberi sanksi terhadap moral dalam kecintaan dan kekuatannya kepada
Allah, tanpa perasaan adanya tekanan-tekanan dari luar.
1.
Keyakinannya akan hari kemudian/pembalasan, mendorong manusia berbuat baik
dan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala pengabdiannya kepada
Allah.
2.
Islam tidak mengajarkan moral yang baru, yang bertentangan dengan ajaran
dan jiwa Islam. Tetapi semua ajarannya berasaskan dari Al-Qur’an dan Al-Hadits
yang diinterprestasikan oleh ulama mujtahid.
3.
Ajaran akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasarkan
asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan
tetapi menegakkannya, dengan janji dan sanksi Illahi yang Maha Adil. Tuntutan
moral sesuai dengan bisikan hati nurani, yang menurut kodratnya cenderung
kepada kebaikan dan membenci keburukan.
Akhlak di dalam ajaran Islam sangat rinci, berwawasan multi dimensial bagi
kehidupan, sistematis dan beralasan realitas. Juga akhlak banyak dibicarakan
tentang konsekuensi bagi manusia yang tidak berpegang pada akhlak Islam.
Manusia yang mengaku beragama Islam tetapi lebih cenderung melawan dan tidak
berpegang teguh pada akhlak Islam dapat dipastikan perbuatan dan tingkah
lakunya akan dibenci oleh masyarakat dan akan melenceng dari ajaran agama Islam
meskipun dalam syariat yang lain seperti shalat dan puasa tidak pernah
ditinggalkannya.
Akhlak Islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun
peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan mental.
Tujuan berakhlak yang baik yaitu untuk mendapatkan kebahagiann di dunia dan
akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang diidamkan manusia bukan semata
berakhlak secara Islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan dunia saja.
Dalam ajaran Islam memelihara sifat terpuji merupakan kewajiban kita
sebagai hamba Allah yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dan adapun
ciri-ciri akhlak Islamiyah yaitu:
1.
Kebajikan yang mutlak
2.
Kebaikan yang menyeluruh
3.
Kemantapan
4.
Kewajiban yang dipatuhi
5.
Pengawasan yang menyeluruh
2.c Pembagian Akhlak
Secara garis besar akhlak dibagi
menjadi dua, yaitu:
A. Akhlak
Mahmudah
“Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda
keimanan seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari
sifat-sifat yang terpuji pula”.
Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta
kepada Rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu’, taat
dan patuh kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas
segala musibah dan cobaan, ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah,
khusyu dalam beribadah kepada Allah, mampumengendalikandiri,silaturrahim,
menghargai orang lain, menghormati orang lain, sopan dan santun dalam
bermasyarakat, suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin belajar
dan bekerja, hidup bersih, menyayangi sesama makhluk hidup Allah, dan menjaga
kelestarian alam.
B. Akhlak
Madzmumah
“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat
yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak madzmumah adalah segala sifat yang bertentangan
dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad,
takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut, bakhil, boros, dendam, khianat,
tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus asa, kotor,
mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak
mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak
madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Akhlak mahmudah merupakan
akhlak yang terpuji dan Nabi Muhammad adalah orang yang tepat sebagai panutan
kita mengenai kepribadiannya yang tidak diragukan lagi. Semua akhlak beliau
merupakan akhlak mahmudah dan beliau tidak satupun memiliki akhlak madzmumah.
Kemudian, dari segi objeknya, atau kepada siapa akhlak itu diwujudkan,
dapat dilihat seperti berikut:
1.
Akhlak kepada Allah, meliputi antara lain: ibadah kepada Allah,
mencintai Allah, mencintai karena Allah, beramal karena Allah,
takut kepada Allah, tawadhu’, tawakkal kepada Allah, taubat, dan nadam.
2.
Akhlak kepada Rasulullah, meliputi antara lain: taat dan cinta kepada
Rasulullah, menjalankan sunnah-sunnah Rasul, menyayangi anak yatim sebagaimana
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW
3.
Akhlak kepada keluarga, meliputi antara lain: akhlak kepada ayah,
kepada ibu, kepada anak, kepada nenek, kepada kakek, kepada paman, kepada
keponakan, dan seterusnya.
4.
Akhlak kepada orang lain, meliputi antara lain: akhlak kepada
tetangga, akhlak kepada sesama muslim, kepada kaum lemah, dan sebagainya.
5.
Akhlak kepada lingkungan, meliputi antara lain: menyayangi binatang,
merawat tumbuhan, tidak merusak alam, buang sampah pada tempatnya, tidak
melakukan pencemaran, menggunakan dan memanfaatkan alam sesuai dengan
keperluan, dan lain-lain.
2.d Akhlak Terhadap
Orang Tua,Guru, danTeman atau Orang Lain
A.
Akhlak
Seorang Anak Terhadap Orang Tuanya
Orang tua
adalah penyebab perwujudan kita. Seandainya mereka tidak ada, kitapun tidak
akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai dengan kebaikan dan
kenikmatan yang tak terhingga banyaknya, plus berbagai rizki yang kita peroleh
dan kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih
payah mereka untuk menghindarkan bahaya dari diri kita. Mereka bersedia kurang
tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka memberikan kesenangan-kesenangan
kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri. Mereka memikul berbagai
penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang sulit kita bayangkan.
Dengan
demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak
mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berlumuran dosa, dan
tidak bisa diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa
kebaikan dan petunjuk Allah mempunyai peranan yang sangat besar, tentunya
siapapun tahu bagaimana harus berbuat baik kepada orang yang semestinya memang
harus diperlakukan dengan baik. Bersikap mulia terhadap orang yang telah
membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kenikmatan
sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan
berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang yang
bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan
diterimanya.
Allah SWT
berfirman dalam Al-Quran, yang berbunyi:
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim yang berpedoman pada
ajaran-ajaran Islam dapat terpancar dari tingkah lakunya (akhlak) sehari-hari,
baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sosialnya. Tingkah laku yang
baik itulah mencerminkan sikap seorang muslim seperti yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW beliau merupakan contoh dan panutan kita sebagai seorang muslim. Bahkan
Allah SWT dengan jelas berfirman di dalam Al-Quran mengenai akhlak Nabi yang
harus kita contoh dan teladani, yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik)
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab ayat 21)
Nabi Muhammad SAW disegani tidak hanya oleh kaum muslimin, bahkan musuh
kaum muslimin pada zaman itupun juga ikut menyegani Nabi karena sifat dan
tingkah lakunya. Dari kecil hingga dewasa beliau merupakan sosok yang dikenal
memiliki tingkah laku atau akhlak yang mulia, misalnya beliau dipanggil dengan
gelar Al-amin artinya orang yang dapat dipercaya. Beliau sangat sayang dan
menyantuni anak yatim serta kaum dhuafa. Dan masih banyak lagi sifat serta
tingkah laku beliau yang patut kita contoh.
Akhlak bisa dibentuk melalui kebiasaan. Seseorang yang mengerti benar akan
kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah
dan tunduk kepada-Nya merupakan ciri-ciri orang yang mempunyai akhlak. Oleh
karena itu seseorang yang sudah benar-benar memahami akhlak maka dalam
bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,
perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan tindakan
akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.Dengan demikian memahami
akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya
aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat
menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami
akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik, yakni pembuatan itu selalu
diulang-ulang dengan kecenderungan hati (sadar).
Tidak bisa dipungkiri, untuk menjadi manusia yang dihormati dan disegani
oleh masyarakat sekitar kita harus memiliki kepribadian yang bagus dan akhlak
yang mulia. Tidak ada satu orang hebatpun di dunia ini yang tidak memiliki
akhlak yang bagus. Sehebat dan sepintar apapun kita kalau akhlak dan
kepribadian kita jelek dimata masyarakat, maka kita akan dikucilkan dan tidak
dianggap di masyarakat.
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dimanapun kita berada.
Dewasa ini banyak sekali anak yang menentang dan melawan terhadap orang tunya,
ini merupakan fenomona yang lazim terjadi di masyarakat kita, akhlak seorang
anak terhadap orang tua sudah sangat menghawatirkan. Mereka bisa bersikap baik
dengan teman tapi tidak bisa bersikap baik kepada orang tua, ini merupakan
contoh kecil dari penyelewengan akhlak yang sering dilakukan oleh remaja dan
anak zaman sekarang.
1.b Tujuan
1. Mengetahui pengertian akhlak.
2. Mengetahui sumber dan ciri-ciri akhlak islami.
3. Mengetahui pembagian akhlak.
4. Mengetahui akhlak terhadap orang tua, guru, teman atau orang lain.
5. Mengetahui akhlak dalam pergaulan masa kini.
1.c Manfaat Penulisan
Manfaat yang bisa kita ambil dari penulisan makalah yang berjudul
akhlak ini yaitu pembaca diharapkan bisa mengetahui dan mempelajari tentang
akhlak yang baik itu seperti apa, pentingnya akhlak dalam kehidupan sehari-hari
serta bagaimana akhlak dalam bertindak dan bertingakah laku dalam keluarga dan
masyarakat.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Adapaun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain,
sebagai berikut:
1. Apa pengertian akhlak?
2. Apa sumber dan ciri-ciri akhlak islami?
3. Bagaimana pembagian akhlak?
4. Bagaimana akhlak terhadap orang tua, guru, teman atau orang lain?
5. Bagaimana akhlak dalam pergaulan masa kini?
BAB III
PEMBAHASAN
2.a Pengertian Akhlak
Diterjemahkan dari kitab Is’af Thalibi Ridhol Khallaq Bibayani Makarimil
Akhlaq,akhlak adalah sifat-sifat dan perangai yang diumpamakan pada manusia
sebagai gambaran batin yang bersifat maknawi dan rohani.Dimana dengan gambaran
itulah manusia dibangkitkan disaat hakikat segala sesuatu tampak dihari kiamat
nanti.
Sedangkan istilah akhlak menurut Ibnu Maskawi adalah sesuatu keadaan bagi
jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa
melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal
dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang
berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan
pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan
akhlak.
Akhlak adalah kata jamak dari khuluk yang kalau dihubungkan dengan
manusia,kata khuluk lawan kata dari kholq. Perilaku dan tabiat manusia baik
yang terpuji maupun yang tercela disebut dengan akhlak.Akhlak merupakan etika
perilaku manusia terhadap manusia lain, perilaku manusia dengan Allah SWT
maupun perilaku manusia terhadap lingkungan hidup. Segala macam perilaku atau
perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari disebut akhlakul
kharimah atau akhlakul mahmudah.Acuhannya adalah Al-Qur’an dan Hadist serta
berlaku universal.
Rasulullah SAW sendiri mencontohkan kepada kita betapa pentingnya memiliki
akhlak yang baik di kehidupan bermasyarakat baik akhlak kepada orang tua, orang
yang lebih muda, orang yang lebih tua, kepada kaum dhuafa, kepada teman,
tetangga, dan lain sebagainya.
2.b Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami
Persoalan “Akhlak” di dalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat pada Al-Qur’an
dan Al-Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari
bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi
kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak.
Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau
tercela, benar atau salah.
Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam merupakan sistem moral/akhlak
yang berdasarkan Islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah
pada Nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.
Memang sebagaimana disebutkan terdahulu bahwa secara umum
akhlak/moral terbagi atas moral yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan
kehidupan akhirat dan kedua moral yang sama sekali tidak berdasarkan
kepercayaan kepada Tuhan, moral ini timbul dari sumber-sumber sekuler.
Akhlak Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepercayaan
kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama itu
sendiri. Dengan demikian, dasar/sumber pokok daripada akhlak Islam adalah Al-Qur’an
dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama Islam itu sendiri.
Memang tidak disanksikan lagi bahwa segala perbuatan/tidakan manusia
apapun bentuknya pada hakikatnya adalah bermaksud untuk mencapai kebahagiaan
(saadah), dan hal ini adalah sebagai “natijah” dari problem akhlak. Sedangkan
saadah menurut sistem moral/akhlak yang agamis(Islam), dapat dicapai dengan
jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjauhi segala larangan Allah dan
mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar
hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sehubungan dengan Akhlak Islam, Drs. Sahilun A, Nasir menyebutkan bahwa
Akhlak Islam berkisar pada:
1.
Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah, untuk
mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa
kini maupun yang akan datang.
2.
Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah Rasul-Nya,
membawa konsekuensi logis, sebagai standar dan pedoman utama bagi setiap moral
muslim. Ia memberi sanksi terhadap moral dalam kecintaan dan kekuatannya kepada
Allah, tanpa perasaan adanya tekanan-tekanan dari luar.
1.
Keyakinannya akan hari kemudian/pembalasan, mendorong manusia berbuat baik
dan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala pengabdiannya kepada
Allah.
2.
Islam tidak mengajarkan moral yang baru, yang bertentangan dengan ajaran
dan jiwa Islam. Tetapi semua ajarannya berasaskan dari Al-Qur’an dan Al-Hadits
yang diinterprestasikan oleh ulama mujtahid.
3.
Ajaran akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasarkan
asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan
tetapi menegakkannya, dengan janji dan sanksi Illahi yang Maha Adil. Tuntutan
moral sesuai dengan bisikan hati nurani, yang menurut kodratnya cenderung
kepada kebaikan dan membenci keburukan.
Akhlak di dalam ajaran Islam sangat rinci, berwawasan multi dimensial bagi
kehidupan, sistematis dan beralasan realitas. Juga akhlak banyak dibicarakan
tentang konsekuensi bagi manusia yang tidak berpegang pada akhlak Islam.
Manusia yang mengaku beragama Islam tetapi lebih cenderung melawan dan tidak
berpegang teguh pada akhlak Islam dapat dipastikan perbuatan dan tingkah
lakunya akan dibenci oleh masyarakat dan akan melenceng dari ajaran agama Islam
meskipun dalam syariat yang lain seperti shalat dan puasa tidak pernah
ditinggalkannya.
Akhlak Islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun
peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan mental.
Tujuan berakhlak yang baik yaitu untuk mendapatkan kebahagiann di dunia dan
akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang diidamkan manusia bukan semata
berakhlak secara Islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan dunia saja.
Dalam ajaran Islam memelihara sifat terpuji merupakan kewajiban kita
sebagai hamba Allah yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dan adapun
ciri-ciri akhlak Islamiyah yaitu:
1.
Kebajikan yang mutlak
2.
Kebaikan yang menyeluruh
3.
Kemantapan
4.
Kewajiban yang dipatuhi
5.
Pengawasan yang menyeluruh
2.c Pembagian Akhlak
Secara garis besar akhlak dibagi
menjadi dua, yaitu:
A. Akhlak Mahmudah
“Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda
keimanan seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari
sifat-sifat yang terpuji pula”.
Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta
kepada Rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu’, taat
dan patuh kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas
segala musibah dan cobaan, ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah,
khusyu dalam beribadah kepada Allah, mampumengendalikandiri,silaturrahim,
menghargai orang lain, menghormati orang lain, sopan dan santun dalam
bermasyarakat, suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin belajar
dan bekerja, hidup bersih, menyayangi sesama makhluk hidup Allah, dan menjaga
kelestarian alam.
B. Akhlak Madzmumah
“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat
yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak madzmumah adalah segala sifat yang bertentangan
dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad,
takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut, bakhil, boros, dendam, khianat,
tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus asa, kotor,
mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak
mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak
madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Akhlak mahmudah merupakan
akhlak yang terpuji dan Nabi Muhammad adalah orang yang tepat sebagai panutan
kita mengenai kepribadiannya yang tidak diragukan lagi. Semua akhlak beliau
merupakan akhlak mahmudah dan beliau tidak satupun memiliki akhlak madzmumah.
Kemudian, dari segi objeknya, atau kepada siapa akhlak itu diwujudkan,
dapat dilihat seperti berikut:
1.
Akhlak kepada Allah, meliputi antara lain: ibadah kepada Allah,
mencintai Allah, mencintai karena Allah, beramal karena Allah,
takut kepada Allah, tawadhu’, tawakkal kepada Allah, taubat, dan nadam.
2.
Akhlak kepada Rasulullah, meliputi antara lain: taat dan cinta kepada
Rasulullah, menjalankan sunnah-sunnah Rasul, menyayangi anak yatim sebagaimana
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW
3.
Akhlak kepada keluarga, meliputi antara lain: akhlak kepada ayah,
kepada ibu, kepada anak, kepada nenek, kepada kakek, kepada paman, kepada
keponakan, dan seterusnya.
4.
Akhlak kepada orang lain, meliputi antara lain: akhlak kepada
tetangga, akhlak kepada sesama muslim, kepada kaum lemah, dan sebagainya.
5.
Akhlak kepada lingkungan, meliputi antara lain: menyayangi binatang,
merawat tumbuhan, tidak merusak alam, buang sampah pada tempatnya, tidak
melakukan pencemaran, menggunakan dan memanfaatkan alam sesuai dengan
keperluan, dan lain-lain.
2.d Akhlak Terhadap Orang Tua,Guru, danTeman atau Orang Lain
A. Akhlak Seorang Anak Terhadap Orang Tuanya
Orang tua
adalah penyebab perwujudan kita. Seandainya mereka tidak ada, kitapun tidak
akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai dengan kebaikan dan
kenikmatan yang tak terhingga banyaknya, plus berbagai rizki yang kita peroleh
dan kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih
payah mereka untuk menghindarkan bahaya dari diri kita. Mereka bersedia kurang
tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka memberikan kesenangan-kesenangan
kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri. Mereka memikul berbagai
penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang sulit kita bayangkan.
Dengan
demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak
mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berlumuran dosa, dan
tidak bisa diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa
kebaikan dan petunjuk Allah mempunyai peranan yang sangat besar, tentunya
siapapun tahu bagaimana harus berbuat baik kepada orang yang semestinya memang
harus diperlakukan dengan baik. Bersikap mulia terhadap orang yang telah
membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kenikmatan
sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan
berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang yang
bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan
diterimanya.
Allah SWT
berfirman dalam Al-Quran, yang berbunyi:
Artinya:“Wahai
orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang perintahkan-Nya
serta selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.” (QS. At-Tahrim ayat
6)
Firman tersebut
merupakan perintah bagi kita untuk menjaga diri dan keluarga kita agar tidak
sampai menjadai penghuni neraka nantinya. Peran keluarga sangatlah penting
dalam membentuk akhlak kita, didikan orang tua sangat mempengaruhi semua
tingkah laku dan akhlak kita sekarang dan nanti ke depannya, oleh karena itu
wajib bagi kita calon orang tua untuk memiliki akhlak yang baik sehingga ketika
sudah berkeluarga nanti kita bisa mengajarkan kepada anak-anak kita mengenai
akhlakul karimah.
Beberapa contoh
akhlak seorang muslim terhadap orang tuanya antara lain:
1.
Selalu berkata sopan dan lemah lembut terhadap orang tua.
2.
Hindari mengatakan tidak untuk perintah orang tua yang baik.
3.
Hindari bermuka masam di hadapan kedua orang tua.
4.
Hindari menyakiti hati kedua orang tua.
5.
Selalu minta doa dan restu pada orang tua.
6.
Selalu meminta maaf kepada kedua orang tua.
A. Akhlak Seorang Murid Terhadap Gurunya
Guru merupakan
orang yang bejasa terhadap sang murid. Dengan kata lain guru merupakan orang
yang mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada murid diluar bimbingan
orang tua dirumah, sehingga akhlakul karimah terhadap guru perlu diterapkan
sebagaimana akhlak kita terhadap orang tua.
Adapun etika
dan adab terhadap guru menurut Ibn Jama’ah yaitu:
1.
Murid harus mengikuti guru yang dikenal mempunyai akhlak yang baik,
tinggi ilmu dan keahlian, berwibawa, santun dan penyayang.
2.
Murid harus mengikuti dan mematuhi perintah atau nasehat guru yang
tidak bertentangan dengan ajaran agama.
3.
Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya.
4.
Murid harus mengingat kebaikan dan ajaran (yang baik) dari guru
atas dirinya sepanjang hayat meskipun gurunya sudah wafat.
5.
Murid bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru.
Hendaknya berusaha untuk memaafkan perlakuan kasar, turut memohon ampun dan
bertaubat untuk guru.
6.
Murid harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru.
7.
Murid tidak mendatangi guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru
sedang sendiri maupun bersama orang lain.
8.
Harus duduk sopan didepan guru.
9.
Bekomunikasi dengan guru secara santun dan lemah-lembut.
10.
Murid tidak boleh menjawab pertanyaan guru meskipun mengetahui,
kecuali guru memberi isyarat murid untuk menjawab.
11.
Murid harus mengamalkan tayamun (mengutamakan yang kanan),ketika
memberi sesuatu kepada guru.
B. Akhlak Seorang Muslim Terhadap Teman dan Orang Lain
Hampir setiap
hari, dikalangan masyarakat maupun di sekolah/kampus, kita sering kali
berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dengan kita dalam beberapa
hal. Pada saat kita kesulitan, merekalah orang yang tepat untuk dimintai tolong
baik bersifat pribadi pun kita lebih terbuka.
Manusia adalah
makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain,
setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan serta memerlukan bantuan orang
lain. Dalam pergaulan sehari-hari kita selalu bersama mereka, maka kita patut
menghormatinya serta menghargai kedudukan mereka, demikian pula mereka akan
menghormati dan menghargai kita, cara bergaul yang baik dengan mereka (teman
sebaya) yaitu hendaknya kita turut memikirkan dan mempedulikan persoalan dan
kesulitan mereka serta turut meringankan beban permasalahannya.
Di antara
akhlak kepada teman atau kawan dan orang lain, baik teman di sekolah/kampus, di
lingkungan maupun di tempat-tempat yang lain adalah 1.Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih
muda,
2. Menjawab salam,
menengoknya ketika sakit, mengiringi jenazahnya ketika meninggal, 3.mendatangi
undangannya, dan mendoakan “yarhamukalloh” untuk yang bersin.
Saling tolong-menolong dalam kebaikan, sebagaimana firman Allah:
وَ تَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَ التَّقْوَى وَ لاَ تَعَاوَنُوْا
عَلَى الإِثْمِ وَ الْعُدْوَانِ
Artinya: “Saling
tolong-menolonglah di dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah saling
tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.”
(QS. Al-Maidah
: 2)
2.
Tidak mencela atau mengolok-olok, dan tidak memanggilnya dengan panggilan
yang buruk, karena Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ
عَسَى أَنْ يَكُوْنُوْا خَيْرًا مِنْهُمْ وَ لاَ نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ
يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَ لا تَلْمِزُوْا أَنْفُسَكُمْ وَ لاَ تَنَابَزُوا
بِالأَلْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإِيمَانِ وَ مَنْ لَمْ يَتُبْ
فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُوْنَ
Artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lainnya,
boleh jadi yang diolok-olok lebih baik daripada yang mengolok-olok, dan
janganlah kaum wanita mengolok-olok wanita yang lainnya, boleh jadi wanita yang
diolok-olok lebih baik daripada wanita yang mengolok-olok, jangan pula mencela
diri sendiri, dan janganlah memanggil dengan julukan-julukan (yang jelek),
sejelek-jelek nama adalah kefasiqan setelah iman, barangsiapa yang tidak
bertaubat mala mereka itulah orang-orang yang zhalim.”(QS. Al-Hujurat: 11)
3.
Tidak menggunjing yaitu tidak menyebarkan aib dan kekurangannya.
Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ
الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَ لاَ تَجَسَّسُوْا وَ لاَ يَغْتَبْ
بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا
فَكَرِهْتُمُوْهُ وَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian
prasangka itu adalah dosa. Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan orang
lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lainnya, apakah
salah seorang di antara kalian suka memakan bangkai saudaranya yang sudah mati
? Tentu kalian tidak menyukainya. Bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12)
4.
Tidak saling mendengki, tidak saling menipu, tidak saling membenci
dan tidak saling membelakangi, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
لاَ تَحَاسَدُوْا وَ لاَ تَنَاجَشُوْا وَ لاَ تَبَاغَضُوْا وَ لاَ
تَدَابَرُوْا
Artinya: “Janganlah
kalian saling mendengki, jangan saling menipu, jangan saling membenci dan
jangan saling membelakangi!” (HR. Ahmad dan Muslim)
5.
Tidak saling menzhalimi, sebagaimana firman Allah dalam hadits
qudsi:
يَا عِبَادِيْ إِنِّيْ حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِيْ وَ
جَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوْا
Artinya: “Wahai
hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan zhalim atas diri-Ku, dan
Aku pun telah menjadikannya haram di antara kalian maka janganlah kalian saling
menzhalimi!” (HR. Muslim)
6.
Tidak menyuruh berdiri seseorang untuk kemudian dia menduduki
tempat duduknya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
لاَ يُقِيْمُ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَجْلِسِهِ فَيَجْلِسَ فِيهِ
وَ لَكِنْ تَفَسَّحُوْا وَ تَوَسَّعُوْا
Artinya: “Tidak
layak menyuruh orang lain berdiri dari tempat duduknya kemudian dia duduk
padanya, tetapi berlapang-lapanglah dan luaskanlah!” (HR. Ahmad dan Muslim)
7.
Tidak boleh mendiamkan lebih dari tiga hari, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW:
وَ لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثَةِ
أَيَّامٍ
Artinya: ”Tidak
halal bagi seorang muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga hari.”
(HR Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi)
8.
Saling mengoreksi dengan semangat persaudaraan, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ وَ الْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ
يَكُفُّ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَ يَحُوْطُهُ مِنْ وَرَائِه
Artinya: “Seorang
mu’min adalah cermin bagi mu’min lainnya, dan seorang mu’min adalah saudara
bagi mu’min yang lainnya, dia mencegahnya dari kerugian dan menjaga
(membela)nya di belakangnya.” (HR. Abu Dawud)
9.
Tidak suka mencela dan berkata kotor atau pun kasar, sebagaimana
sabda Rasulullah SAW:
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَ لاَ اللَّعَّانِ وَ لاَ
الْفَاحِشِ وَ لاَ الْبَذِيْءِ
Artinya: “Seorang
mu’min bukanlah orang yang suka mencela, tidak suka melaknat, tidak berbuat
keji dan tidak berkata kotor.”
(HR. Ahmad dan
At-Tirmidzi)
10. Tidak boleh
pula memutuskan hubungan silaturrahim, karena Nabi SAW bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
Artinya: “Tidak
akan masuk syurga orang yang memutuskan hubungan silaturrhim.”(HR. Ahmad,
Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
11. Tidak boleh
mencuri dengar pembicaraan yang mereka. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيْثِ قَوْمٍ وَ هُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ أَوْ
يَفِرُّونَ مِنْهُ صُبَّ فِي أُذُنِهِ الآنُكُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: “Barangsiapa
yang berusaha mendengarkan pembicaraan orang-orang yang mereka tidak suka
(untuk didengar pihak lain) atau mereka menghindarinya niscaya akan dituangkan
timah ke dalam telinga mereka pada hari qiyamat.”(HR. Ahmad dan Al-Bukhori)
12. Memaafkan
kesalahan teman-teman, sebagaimana firman Allah SWT:
وَ جَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَ أَصْلَحَ
فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الظَّالِمِيْنَ
Artinya: ”Dan
balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa
mema’afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Alloh. Sesungguhnya
Dia tidak menyukai orang-orang yang zhalim.”
(QS.
Asy-Syuro’:40)
13. Memilih teman
karib yang baik karena teman karib atau sahabat dekat akan banyak mempengaruhi
agama dan akhlak seseorang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ
يُخَالِطُ
Artinya: “Seseorang
berdasarkan agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian
meneliti dengan siapa dia bergaul.”
(HR. Ahmad)
2.e Pergaulan Remaja Masa Kini
Sebagai makhluk sosial, manusia tak lepas dari orang lain. Begitu pula
dengan remaja. Ia memerlukan interaksi dengan orang lain untuk mencapai
kedewasaannya. Yang perlu dicermati adalah bagaimana seorang remaja itu
bergaul, dengan siapa, dan apa saja dampak pergaulannya bagi dirinya, orang
lain, dan lingkungannya.
Pergaulan berasal dari kata “GAUL”.Pergaulan itu sendiri maksudnya
kehidupan sehari-hari dalam persahabatan
ataupun masyarakat. Namun tidak demikian dikalangan kebanyakan remaja saat ini.
“Gaul” menurut dimensi remaja-remaja adalah ikut dalam trend, mode, dan hal-hal
yang berhubungan dengan glamoran hidup. Harus masuk ke dalam geng-geng, sering
bergabung, dan konkow-konkow diberbagai tempat seperti mall, tempat
wisata, game center, dan lain-lain. yang
mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja akan menimbulkan budaya konsumtif.
Solidaritas dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun
kedunia hura-hura. Dengan “setia kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai
merokok, minum-minuman keras, mengonsumsi narkoba, dan bahkan seks bebas. Kalau
tidak ikut kegiatan-kegiatan geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak
setia kawan, paradigma seperti inilah yang menggerayangi pikiran sebagian
remaja masa kini. Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian
makna dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sendiri.
Pergaulan remaja dibagi ke dalam dua aspek, yakni :
1.
Pergaulan Remaja Yang Sehat
Pergaulan remaja yang sehat adalah pergaulan yang sesuai dengan etika
pergaulan. Adapun beberapa cara mengembangkan pergaulan yang sehat diantaranya:
a.
Adanya kesadaran beragama bagi remaja
Bagi anak remaja sangat diperlukan adanya pemahaman, pendalaman, serta
ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama. Dalam kenyataan sehari-hari menunjukkan,
bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar kurang memahami
norma-norma agama. Oleh karena itu, kita harus memiliki kesadaran beragama agar
tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak sehat.
b.
Memiliki rasa setia kawan
Agar dapat terjalin hubungan sosial remaja yang baik, peranan rasa setia
kawan sangat dibutuhkan. Sebab kesadaran inilah yang dapat membuat kehidupan
remaja masyarakat menjadi tentram.
c.
Memilih teman
Maksud dari memilih teman adalah untuk mengantisipasi agar kita tidak
terpengaruh dengan sifat yang tidak baik/sehat. Walaupun begitu, tapi teman
yang pegaulannya buruk tidak harus kita asingkan. Melainkan kita tetap berteman
dengannya tapi harus menjaga jarak. Jangan terlalu dekat dengan dia.
d.
Mengisi waktu dengan kegiatan yang positif
Bagi mereka yang mengisi waktu senggangnya dengan bacaan yang buruk
(misalnya novel/komik seks), maka hal itu akan berbahaya, dan dapat menghalang
mereka untuk berbuat baik. Maka dari itu, jika ada waktu senggang kita harus
mengisinya dengan hal-hal yang positif. Misalnya menulis cerpen, menggambar,
atau lainnya.
e.
Laki-laki dan perempuan memiliki batasan-batasan tertentu
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya remaja harus
menjaga jarak dengan lawan jenisnya. Misalnya, jangan duduk terlalu berdekatan
karena dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
f.
Menstabilkan emosi
Jika memiliki masalah, kita tidak boleh emosi. Harus sabar dengan cara
menenangkan diri. Harus menyelesaikan masalah dengan komunikasi, bukan
amarah/emosi.
g.
Etika Pergaulan Remaja
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno Ethos dalam bentuk tunggal mempunyai
banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan,
adat, akhlak, watak, perasaan,sikap cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta etha´
artinya adalah adat kebiasaan. Arti inilah yang melatarbelakangi terbentuknya
istilah etika´ oleh Aristoteles (384-322 SM): ilmu tentang adat kebiasaan, apa
yang biasa dilakukan. Etika mempunyai pengertian yang cukup dekat dengan moral.
Moral dari bahasa latin mos jamaknya mores berarti kebiasaan, adat. Dalam kamus
bahasa Indonesia pertama kali tahun1988 kata mores dipakai dalam arti yang sama
yakni adat kebiasaan. Jadi kata moral dan etika keduanya berasal dari kata yang
berarti adat kebiasaan.
2.
Pergaulan Remaja Yang Tidak Sehat
Pergaulan remaja zaman sekarang memang sangat memprihatinkan, tidak jarang
berbagai berita mengenai kenakalan remaja bermunculan. Mulai dari genk motor
tawuran, seks bebas, sampai pada penggunaan narkotika NAPZA. Ini menunjukkan bahwa
pergaulan remaja saat ini sudah tidak sehat lagi. Cara pergaulan remaja yang
seperti sekarang ini tentu saja sangat menimbulkan dampak negatif. Selain
memperburuk situasi dan kondisi pergaulan remaja dan mempengaruhi cara hidup
remaja lain, cara pergaulan remaja yang seperti sekarang juga dapat mempengaruhi
kualitas hidup generasi anak cucu kita.
Remaja merupakan generasi yang diharapkan oleh bangsa ini, pemimpin dan
penerus dari para pemimpin bangsa ini adalah remaja saat ini, itulah mengapa
penting bagi kita untuk membenahi perilaku serta kebiasaan remaja saat ini yang
menyimpang jauh dari kaidah-kaidah kebenaran. Bisa dibayangkan, bagaimana ke
depannya negara ini bila dipimpin oleh pemimpin yang bermasalah. Mengarahkan
serta mengajak para remaja yang bermasalah ini ke jalur yang benar merupakan tugas
dan tanggung jawab kita sebagai warga negara yang baik. Nasib negara ini tergantung
dari kita dan remaja kita.
Adapun solusi permasalahan remaja masa kini yaitu:
1.
Pentingnya kasih sayang dan perhatian yang cukup dari orang tua dalam hal
dan keadaan apapun.
2.
Pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Pengekangan terhadap
seorang anak akan berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Di hadapan orang
tuannya dia akan bersikap baik dan patuh, tetapi setelah dia keluar dari
lingkungan keluarga, dia akan menggunakannya sebagai pelampiasan dari
pengekangan itu, sehingga dia dapat melakukan sesuatu yang tidak diajarkan
orangtuanya.
3.
Seorang anak hendaknya bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda 2
atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Hal tersebut dikarenakan apabila seorang
anak bergaul dengan teman yang tidak sebaya yang hidupnya berbeda, sehingga dia
pun bisa terpengaruh gaya hidupnya yang mungkin belum saatnya untuk dia jalani.
4.
Pengawasan yang lebih terhadap media komunikasi, seperti internet, handphone,
dan lain-lain.
5.
Perlunya bimbingan kepribadian bagi seorang anak agar dia mampu memilih dan
membedakan mana yang baik untuk dia maupun yang tidak baik.
6.
Perlunya pembelajaran agama yang diberikan sejak dini, seperti beribadah
dan mengunjungi tempat ibadah sesuai agamanya.
BAB IV
KESIMPULAN
Akhlak merupakan sesuatu yang
sangat penting bagi kehidupan kita, akan menjadi apa kita kedepannya tergantung
dari akhlak kita. Sebagai hamba Allah yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya
sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu berbuat baik dan meninggalkan segala
sesuatu yang buruk.
Sumber dari semua akhlak
mahmudah di dunia ini hanya satu, yaitu yang terdapat pada diri Nabi Muhammad
SAW, bila kita mencontoh dan mengamalkan akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari
maka bisa dipastikan kita akan selamat dunia dan akherat.
DAFTAR PUSTAKA
Kartini, Kartono, Dr., (2005). Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sari, E. S., (2007).Hukum Dalam Ekonomi.Jakarta: Grasindo.
Pindyck, R. S., Rubinfeld, D., (2005). Microeconomics, sixth edition.
New Jersey: Prentice Hall.
Ilmu Dari Simba. (2013, 3 Januari). Contoh Makalah Akhlak.
Diperoleh 24 September 2013, dari http://simba-corp.blogspot.com/2012/03/makalah-akhlak.html
Citra Riski Blog. (2013, 18 Mei). Makalah Akhlak Islami.
Diperoleh 24 September 2013, dari http://citrariski.blogspot.com/2011/02/makalah-akhlak-islami.html
Agama Islam. (2011, 21 Agustus). Akhlak Mahmudah dan Akhlak
Madzmumah. Diperoleh 24 September 2013, dari http://www.belajaragamaislam.blogspot.com/
Ilmu Islam. (2012, 14 September). Pengertian Akhlak.
Diperoleh 24 September 2013, dari http://www.ilmuislam.blogspot.com/
Gudang Ilmu. (2012, 26 Maret). Monopoli dan Perdagangan Dalam Islam.
Diperoleh 25 September 2013, darihttp://www.gudangilmu.blogspot.com/
Qur’an. The Noble Qur’an. Diperoleh 25 September 2013,
dari http://quran.com/
Jamal Beta. (2012, 27 September). Akhlak seorang anak kepada orang tua.
Diperoleh 5 Oktober 2013, darihttp://jamalbeta.blogspot.com/
Ietha Fairuz. (2013, 14 Juli). AKHLAK TERHADAP TEMAN SEBAYA.
Diperoleh 5 Oktober 2013, darihttp://iethafairuz.blogspot.com/2013/07/akhlak-terhadap-teman-sebaya.html
Eka Chuby. (2007, 19 Desember). Pergaulan Remaja Masa Kini. Diperoleh
6 Oktober 2013, dari
http://ekachuby.blogspot.com/2007/12/pergaulan-remaja-masa-kini.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar