Jumat, 15 November 2013

makalah akhlak



AKHLAK
MAKALAH
Disusun Untuk Melengkapi Tugas Pendidikan Agama

 
M. Saeful Anwar, S.Pdi, Al-Hafizh

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Hafidz Q. Abdillah (13213832)
Dwi Cahyo Buwono (12213669)
Nabila (16213256)
Rafdi Shahlan (17213120)
Ibrahim Hasan (14213187)
Ratu Lana B. A. (17213325)
Ulfa Amalia (19213028)
Sisca Wulandari (18213511)
Rian nugraha (17213564)


Kelas 1EA11
Program Studi Menejemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
2013/2014



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, dan tak lupa pula penulis mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawakan penulis suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akhlak” ini dengan lancar.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21)
Dalam ayat tersebut dengan jelas Allah SWT menerangkan dan menegaskan bahwa kita sebagai makhluk-Nya haruslah memiliki sifat atau akhlak yang baik, seperti yang terlihat pada diri Rasulullah Muhammad SAW. Kepribadian beliau mulai dari, tingkah laku, perkataan dan pemikiran harus kita teladani agar kita menjadi hamba Allah yang dicintai-Nya. Manusia yang hidup dalam bimbingan akhlak akan melahirkan suatu kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan Rasulnya, serta akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Adapun makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan agama Islam serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan tema. Akhir kata, tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penulisan makalah ini, juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat terselesaikannya makalah ini. Penulis berharap, makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi iman dan takwa dalam kehidupan modern. Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Depok, 6 Oktober 2013
Penulis

DAFTAR ISI 


BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim yang berpedoman pada ajaran-ajaran Islam dapat terpancar dari tingkah lakunya (akhlak) sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sosialnya. Tingkah laku yang baik itulah mencerminkan sikap seorang muslim seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW beliau merupakan contoh dan panutan kita sebagai seorang muslim. Bahkan Allah SWT dengan jelas berfirman di dalam Al-Quran mengenai akhlak Nabi yang harus kita contoh dan teladani, yang berbunyi:
  
 
 



Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab ayat 21)
Nabi Muhammad SAW disegani tidak hanya oleh kaum muslimin, bahkan musuh kaum muslimin pada zaman itupun juga ikut menyegani Nabi karena sifat dan tingkah lakunya. Dari kecil hingga dewasa beliau merupakan sosok yang dikenal memiliki tingkah laku atau akhlak yang mulia, misalnya beliau dipanggil dengan gelar Al-amin artinya orang yang dapat dipercaya. Beliau sangat sayang dan menyantuni anak yatim serta kaum dhuafa. Dan masih banyak lagi sifat serta tingkah laku beliau yang patut kita contoh.
Akhlak bisa dibentuk melalui kebiasaan. Seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya merupakan ciri-ciri orang yang mempunyai akhlak. Oleh karena itu seseorang yang sudah benar-benar memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik, yakni pembuatan itu selalu diulang-ulang dengan kecenderungan hati (sadar).
Tidak bisa dipungkiri, untuk menjadi manusia yang dihormati dan disegani oleh masyarakat sekitar kita harus memiliki kepribadian yang bagus dan akhlak yang mulia. Tidak ada satu orang hebatpun di dunia ini yang tidak memiliki akhlak yang bagus. Sehebat dan sepintar apapun kita kalau akhlak dan kepribadian kita jelek dimata masyarakat, maka kita akan dikucilkan dan tidak dianggap di masyarakat.
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dimanapun kita berada. Dewasa ini banyak sekali anak yang menentang dan melawan terhadap orang tunya, ini merupakan fenomona yang lazim terjadi di masyarakat kita, akhlak seorang anak terhadap orang tua sudah sangat menghawatirkan. Mereka bisa bersikap baik dengan teman tapi tidak bisa bersikap baik kepada orang tua, ini merupakan contoh kecil dari penyelewengan akhlak yang sering dilakukan oleh remaja dan anak zaman sekarang.

1.b    Tujuan

1.    Mengetahui pengertian akhlak.
2.    Mengetahui sumber dan ciri-ciri akhlak islami.
3.    Mengetahui pembagian akhlak.
4.    Mengetahui akhlak terhadap orang tua, guru, teman atau orang lain.
5.    Mengetahui akhlak dalam pergaulan masa kini.

1.c     Manfaat Penulisan

Manfaat yang bisa kita ambil dari penulisan makalah yang berjudul akhlak ini yaitu pembaca diharapkan bisa mengetahui dan mempelajari tentang akhlak yang baik itu seperti apa, pentingnya akhlak dalam kehidupan sehari-hari serta bagaimana akhlak dalam bertindak dan bertingakah laku dalam keluarga dan masyarakat.


BAB II

RUMUSAN MASALAH


Adapaun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain, sebagai berikut:
1.    Apa pengertian akhlak?
2.    Apa sumber dan ciri-ciri akhlak islami?
3.    Bagaimana pembagian akhlak?
4.    Bagaimana akhlak terhadap orang tua, guru, teman atau orang lain?
5.    Bagaimana akhlak dalam pergaulan masa kini?

BAB III

PEMBAHASAN

2.a     Pengertian Akhlak

Diterjemahkan dari kitab Is’af Thalibi Ridhol Khallaq Bibayani Makarimil Akhlaq,akhlak adalah sifat-sifat dan perangai yang diumpamakan pada manusia sebagai gambaran batin yang bersifat maknawi dan rohani.Dimana dengan gambaran itulah manusia dibangkitkan disaat hakikat segala sesuatu tampak dihari kiamat nanti.
Sedangkan istilah akhlak menurut Ibnu Maskawi adalah sesuatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak.
Akhlak adalah kata jamak dari khuluk yang kalau dihubungkan dengan manusia,kata khuluk lawan kata dari kholq. Perilaku dan tabiat manusia baik yang terpuji maupun yang tercela disebut dengan akhlak.Akhlak merupakan etika perilaku manusia terhadap manusia lain, perilaku manusia dengan Allah SWT maupun perilaku manusia terhadap lingkungan hidup. Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari disebut akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah.Acuhannya adalah Al-Qur’an dan Hadist serta berlaku universal.
Rasulullah SAW sendiri mencontohkan kepada kita betapa pentingnya memiliki akhlak yang baik di kehidupan bermasyarakat baik akhlak kepada orang tua, orang yang lebih muda, orang yang lebih tua, kepada kaum dhuafa, kepada teman, tetangga, dan lain sebagainya.

2.b    Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami

Persoalan “Akhlak” di dalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat pada Al-Qur’an dan Al-Hadits.  Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.
Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam merupakan sistem moral/akhlak yang berdasarkan Islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah pada Nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.
Memang  sebagaimana disebutkan terdahulu bahwa secara umum akhlak/moral terbagi atas moral yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akhirat dan kedua moral yang sama sekali tidak berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, moral ini timbul dari sumber-sumber sekuler.
Akhlak Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar/sumber pokok daripada akhlak Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama Islam itu sendiri.
Memang tidak disanksikan lagi bahwa segala perbuatan/tidakan manusia apapun bentuknya pada hakikatnya adalah bermaksud untuk mencapai kebahagiaan (saadah), dan hal ini adalah sebagai “natijah” dari problem akhlak. Sedangkan saadah menurut sistem moral/akhlak yang agamis(Islam), dapat dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjauhi segala larangan Allah dan mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sehubungan dengan Akhlak Islam, Drs. Sahilun A, Nasir menyebutkan bahwa Akhlak Islam berkisar pada:
1.    Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah, untuk mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa kini maupun yang akan datang.
2.    Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah Rasul-Nya, membawa konsekuensi logis, sebagai standar dan pedoman utama bagi setiap moral muslim. Ia memberi sanksi terhadap moral dalam kecintaan dan kekuatannya kepada Allah, tanpa perasaan adanya tekanan-tekanan dari luar.


1.    Keyakinannya akan hari kemudian/pembalasan, mendorong manusia berbuat baik dan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala pengabdiannya kepada Allah.
2.    Islam tidak mengajarkan moral yang baru, yang bertentangan dengan ajaran dan jiwa Islam. Tetapi semua ajarannya berasaskan dari Al-Qur’an dan Al-Hadits yang diinterprestasikan oleh ulama mujtahid.
3.    Ajaran akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasarkan asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakkannya, dengan janji dan sanksi Illahi yang Maha Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisikan hati nurani, yang menurut  kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan.
Akhlak di dalam ajaran Islam sangat rinci, berwawasan multi dimensial bagi kehidupan, sistematis dan beralasan realitas. Juga akhlak banyak dibicarakan tentang konsekuensi bagi manusia yang tidak berpegang pada akhlak Islam. Manusia yang mengaku beragama Islam tetapi lebih cenderung melawan dan tidak berpegang teguh pada akhlak Islam dapat dipastikan perbuatan dan tingkah lakunya akan dibenci oleh masyarakat dan akan melenceng dari ajaran agama Islam meskipun dalam syariat yang lain seperti shalat dan puasa tidak pernah ditinggalkannya.
Akhlak Islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan mental. Tujuan berakhlak yang baik yaitu untuk mendapatkan kebahagiann di dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara Islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan dunia saja.
Dalam ajaran Islam memelihara sifat terpuji merupakan kewajiban kita sebagai hamba Allah yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dan adapun ciri-ciri akhlak Islamiyah yaitu:
1.    Kebajikan yang mutlak
2.    Kebaikan yang menyeluruh
3.    Kemantapan
4.    Kewajiban yang dipatuhi
5.    Pengawasan yang menyeluruh

2.c     Pembagian Akhlak

Secara garis besar akhlak dibagi menjadi dua, yaitu:

A.   Akhlak Mahmudah

Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula”.
Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta kepada Rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu’, taat dan patuh kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala musibah dan cobaan, ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah, khusyu dalam beribadah kepada Allah, mampumengendalikandiri,silaturrahim, menghargai orang lain, menghormati orang lain, sopan dan santun dalam bermasyarakat, suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin belajar dan bekerja, hidup bersih, menyayangi sesama makhluk hidup Allah, dan menjaga kelestarian alam.

B.    Akhlak Madzmumah

Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.
Sifat yang termasuk akhlak madzmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Akhlak mahmudah merupakan akhlak yang terpuji dan Nabi Muhammad adalah orang yang tepat sebagai panutan kita mengenai kepribadiannya yang tidak diragukan lagi. Semua akhlak beliau merupakan akhlak mahmudah dan beliau tidak satupun memiliki akhlak madzmumah.
Kemudian, dari segi objeknya, atau kepada siapa akhlak itu diwujudkan, dapat dilihat seperti berikut:
1.    Akhlak kepada Allah, meliputi antara lain: ibadah kepada Allah, mencintai Allah, mencintai   karena Allah, beramal karena Allah, takut kepada Allah, tawadhu’, tawakkal kepada Allah, taubat, dan nadam.
2.    Akhlak kepada Rasulullah, meliputi antara lain: taat dan cinta kepada Rasulullah, menjalankan sunnah-sunnah Rasul, menyayangi anak yatim sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW
3.    Akhlak kepada keluarga, meliputi antara lain: akhlak kepada ayah, kepada ibu, kepada anak, kepada nenek, kepada kakek, kepada paman, kepada keponakan, dan seterusnya.
4.    Akhlak kepada orang lain, meliputi antara lain: akhlak kepada tetangga, akhlak kepada sesama muslim, kepada kaum lemah, dan sebagainya.
5.    Akhlak kepada lingkungan, meliputi antara lain: menyayangi binatang, merawat tumbuhan, tidak merusak alam, buang sampah pada tempatnya, tidak melakukan pencemaran, menggunakan dan memanfaatkan alam sesuai dengan keperluan, dan lain-lain.

2.d    Akhlak Terhadap Orang Tua,Guru, danTeman atau Orang Lain

A.      Akhlak Seorang Anak Terhadap Orang Tuanya

Orang tua adalah penyebab perwujudan kita. Seandainya mereka tidak ada, kitapun tidak akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai dengan kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga banyaknya, plus berbagai rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih payah mereka untuk menghindarkan bahaya dari diri kita. Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka memberikan kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri. Mereka memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang sulit kita bayangkan.
Dengan demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berlumuran dosa, dan tidak bisa diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan petunjuk Allah mempunyai peranan yang sangat besar, tentunya siapapun tahu bagaimana harus berbuat baik kepada orang yang semestinya memang harus diperlakukan dengan baik. Bersikap mulia terhadap orang yang telah membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kenikmatan sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang yang bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, yang berbunyi:
 




Artinya:“Wahai orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang perintahkan-Nya serta selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.” (QS. At-Tahrim ayat 6)
Firman tersebut merupakan perintah bagi kita untuk menjaga diri dan keluarga kita agar tidak sampai menjadai penghuni neraka nantinya. Peran keluarga sangatlah penting dalam membentuk akhlak kita, didikan orang tua sangat mempengaruhi semua tingkah laku dan akhlak kita sekarang dan nanti ke depannya, oleh karena itu wajib bagi kita calon orang tua untuk memiliki akhlak yang baik sehingga ketika sudah berkeluarga nanti kita bisa mengajarkan kepada anak-anak kita mengenai akhlakul karimah.
Beberapa contoh akhlak seorang muslim terhadap orang tuanya antara lain:
1.      Selalu berkata sopan dan lemah lembut terhadap orang tua.
2.      Hindari mengatakan tidak untuk perintah orang tua yang baik.
3.      Hindari bermuka masam di hadapan kedua orang tua.
4.      Hindari menyakiti hati kedua orang tua.
5.      Selalu minta doa dan restu pada orang tua.
6.      Selalu meminta maaf kepada kedua orang tua.

A.      Akhlak Seorang Murid Terhadap Gurunya

Guru merupakan orang yang bejasa terhadap sang murid. Dengan kata lain guru merupakan orang yang mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada murid diluar bimbingan orang tua dirumah, sehingga akhlakul karimah terhadap guru perlu diterapkan sebagaimana akhlak kita terhadap orang tua.
Adapun etika dan adab terhadap guru menurut Ibn Jama’ah yaitu:
1.      Murid harus mengikuti guru yang dikenal mempunyai akhlak yang baik, tinggi ilmu dan keahlian, berwibawa, santun dan penyayang.
2.      Murid harus mengikuti dan mematuhi perintah atau nasehat guru yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.
3.      Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya.
4.      Murid harus mengingat kebaikan dan ajaran (yang baik) dari guru atas dirinya sepanjang hayat meskipun gurunya sudah wafat.
5.      Murid bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya berusaha untuk memaafkan perlakuan kasar, turut memohon ampun dan bertaubat untuk guru.
6.      Murid harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru.
7.      Murid tidak mendatangi guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru sedang sendiri maupun bersama orang lain.
8.      Harus duduk sopan didepan guru.
9.      Bekomunikasi dengan guru secara santun dan lemah-lembut.
10.  Murid tidak boleh menjawab pertanyaan guru meskipun mengetahui, kecuali guru memberi isyarat murid untuk menjawab.
11.  Murid harus mengamalkan tayamun (mengutamakan yang kanan),ketika memberi sesuatu kepada guru.

B.       Akhlak Seorang Muslim Terhadap Teman dan Orang Lain

Hampir setiap hari, dikalangan masyarakat maupun di sekolah/kampus, kita sering kali berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dengan kita dalam beberapa hal. Pada saat kita kesulitan, merekalah orang yang tepat untuk dimintai tolong baik bersifat pribadi pun kita lebih terbuka.
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain, setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan serta memerlukan bantuan orang lain. Dalam pergaulan sehari-hari kita selalu bersama mereka, maka kita patut menghormatinya serta menghargai kedudukan mereka, demikian pula mereka akan menghormati dan menghargai kita, cara bergaul yang baik dengan mereka (teman sebaya) yaitu hendaknya kita turut memikirkan dan mempedulikan persoalan dan kesulitan mereka serta turut meringankan beban permasalahannya.
Di antara akhlak kepada teman atau kawan dan orang lain, baik teman di sekolah/kampus, di lingkungan maupun di tempat-tempat yang lain adalah 1.Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda,  
2. Menjawab salam, menengoknya ketika sakit, mengiringi jenazahnya ketika meninggal, 3.mendatangi undangannya, dan mendoakan “yarhamukalloh” untuk yang bersin.       Saling tolong-menolong dalam kebaikan, sebagaimana firman Allah:
وَ تَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَ التَّقْوَى وَ لاَ تَعَاوَنُوْا عَلَى الإِثْمِ وَ الْعُدْوَانِ
Artinya: “Saling tolong-menolonglah di dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.”
(QS. Al-Maidah : 2)
2.      Tidak mencela atau mengolok-olok, dan tidak memanggilnya dengan panggilan yang buruk, karena Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُوْنُوْا خَيْرًا مِنْهُمْ وَ لاَ نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَ لا تَلْمِزُوْا أَنْفُسَكُمْ وَ لاَ تَنَابَزُوا بِالأَلْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإِيمَانِ وَ مَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lainnya, boleh jadi yang diolok-olok lebih baik daripada yang mengolok-olok, dan janganlah kaum wanita mengolok-olok wanita yang lainnya, boleh jadi wanita yang diolok-olok lebih baik daripada wanita yang mengolok-olok, jangan pula mencela diri sendiri, dan janganlah memanggil dengan julukan-julukan (yang jelek), sejelek-jelek nama adalah kefasiqan setelah iman, barangsiapa yang tidak bertaubat mala mereka itulah orang-orang yang zhalim.”(QS. Al-Hujurat: 11)
3.      Tidak menggunjing yaitu tidak menyebarkan aib dan kekurangannya. Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَ لاَ تَجَسَّسُوْا وَ لاَ يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ وَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian prasangka itu adalah dosa. Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lainnya, apakah salah seorang di antara kalian suka memakan bangkai saudaranya yang sudah mati ? Tentu kalian tidak menyukainya. Bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12)
4.      Tidak saling mendengki, tidak saling menipu, tidak saling membenci dan tidak saling membelakangi, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
لاَ تَحَاسَدُوْا وَ لاَ تَنَاجَشُوْا وَ لاَ تَبَاغَضُوْا وَ لاَ تَدَابَرُوْا
Artinya: “Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling menipu, jangan saling membenci dan jangan saling membelakangi!” (HR. Ahmad dan Muslim)
5.      Tidak saling menzhalimi, sebagaimana firman Allah dalam hadits qudsi:
يَا عِبَادِيْ إِنِّيْ حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِيْ وَ جَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوْا
Artinya: “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan zhalim atas diri-Ku, dan Aku pun telah menjadikannya haram di antara kalian maka janganlah kalian saling menzhalimi!” (HR. Muslim)
6.      Tidak menyuruh berdiri seseorang untuk kemudian dia menduduki tempat duduknya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
لاَ يُقِيْمُ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَجْلِسِهِ فَيَجْلِسَ فِيهِ وَ لَكِنْ تَفَسَّحُوْا وَ تَوَسَّعُوْا
Artinya: “Tidak layak menyuruh orang lain berdiri dari tempat duduknya kemudian dia duduk padanya, tetapi berlapang-lapanglah dan luaskanlah!” (HR. Ahmad dan Muslim)
7.      Tidak boleh mendiamkan lebih dari tiga hari, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
وَ لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ
Artinya: ”Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi)
8.      Saling mengoreksi dengan semangat persaudaraan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ وَ الْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ يَكُفُّ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَ يَحُوْطُهُ مِنْ وَرَائِه
Artinya: “Seorang mu’min adalah cermin bagi mu’min lainnya, dan seorang mu’min adalah saudara bagi mu’min yang lainnya, dia mencegahnya dari kerugian dan menjaga (membela)nya di belakangnya.” (HR. Abu Dawud)
9.      Tidak suka mencela dan berkata kotor atau pun kasar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَ لاَ اللَّعَّانِ وَ لاَ الْفَاحِشِ وَ لاَ الْبَذِيْءِ
Artinya: “Seorang mu’min bukanlah orang yang suka mencela, tidak suka melaknat, tidak berbuat keji dan tidak berkata kotor.”
(HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
10.  Tidak boleh pula memutuskan hubungan silaturrahim, karena Nabi SAW bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
Artinya: “Tidak akan masuk syurga orang yang memutuskan hubungan silaturrhim.”(HR. Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
11.  Tidak boleh mencuri dengar pembicaraan yang mereka. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيْثِ قَوْمٍ وَ هُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ أَوْ يَفِرُّونَ مِنْهُ صُبَّ فِي أُذُنِهِ الآنُكُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: “Barangsiapa yang berusaha mendengarkan pembicaraan orang-orang yang mereka tidak suka (untuk didengar pihak lain) atau mereka menghindarinya niscaya akan dituangkan timah ke dalam telinga mereka pada hari qiyamat.”(HR. Ahmad dan Al-Bukhori)
12.  Memaafkan kesalahan teman-teman, sebagaimana firman Allah SWT:
وَ جَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَ أَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الظَّالِمِيْنَ
Artinya: ”Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa mema’afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Alloh. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zhalim.”
(QS. Asy-Syuro’:40)
13.  Memilih teman karib yang baik karena teman karib atau sahabat dekat akan banyak mempengaruhi agama dan akhlak seseorang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِطُ
Artinya: “Seseorang berdasarkan agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian meneliti dengan siapa dia bergaul.”
(HR. Ahmad)

2.e     Pergaulan Remaja Masa Kini

Sebagai makhluk sosial, manusia tak lepas dari orang lain. Begitu pula dengan remaja. Ia memerlukan interaksi dengan orang lain untuk mencapai kedewasaannya. Yang perlu dicermati adalah bagaimana seorang remaja itu bergaul, dengan siapa, dan apa saja dampak pergaulannya bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya.
Pergaulan berasal dari kata “GAUL”.Pergaulan itu sendiri maksudnya kehidupan sehari-hari  dalam persahabatan ataupun masyarakat. Namun tidak demikian dikalangan kebanyakan remaja saat ini. “Gaul” menurut dimensi remaja-remaja adalah ikut dalam trend, mode, dan hal-hal yang berhubungan dengan glamoran hidup. Harus masuk ke dalam geng-geng, sering bergabung, dan konkow-konkow diberbagai tempat seperti mall, tempat wisata,  game center, dan lain-lain. yang mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja akan menimbulkan budaya konsumtif.
Solidaritas dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia hura-hura. Dengan “setia kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum-minuman keras, mengonsumsi narkoba, dan bahkan seks bebas. Kalau tidak ikut kegiatan-kegiatan geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak setia kawan, paradigma seperti inilah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja masa kini. Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sendiri.
Pergaulan remaja dibagi ke dalam dua aspek, yakni :
1.        Pergaulan Remaja Yang Sehat
Pergaulan remaja yang sehat adalah pergaulan yang sesuai dengan etika pergaulan. Adapun beberapa cara mengembangkan pergaulan yang sehat diantaranya:
a.         Adanya kesadaran beragama bagi remaja
Bagi anak remaja sangat diperlukan adanya pemahaman, pendalaman, serta ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama. Dalam kenyataan sehari-hari menunjukkan, bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar kurang memahami norma-norma agama. Oleh karena itu, kita harus memiliki kesadaran beragama agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak sehat.
b.          Memiliki rasa setia kawan
Agar dapat terjalin hubungan sosial remaja yang baik, peranan rasa setia kawan sangat dibutuhkan. Sebab kesadaran inilah yang dapat membuat kehidupan remaja masyarakat menjadi tentram.
c.           Memilih teman
Maksud dari memilih teman adalah untuk mengantisipasi agar kita tidak terpengaruh dengan sifat yang tidak baik/sehat. Walaupun begitu, tapi teman yang pegaulannya buruk tidak harus kita asingkan. Melainkan kita tetap berteman dengannya tapi harus menjaga jarak. Jangan terlalu dekat dengan dia.
d.          Mengisi waktu dengan kegiatan yang positif
Bagi mereka yang mengisi waktu senggangnya dengan bacaan yang buruk (misalnya novel/komik seks), maka hal itu akan berbahaya, dan dapat menghalang mereka untuk berbuat baik. Maka dari itu, jika ada waktu senggang kita harus mengisinya dengan hal-hal yang positif. Misalnya menulis cerpen, menggambar, atau lainnya.
e.           Laki-laki dan perempuan memiliki batasan-batasan tertentu
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya remaja harus menjaga jarak dengan lawan jenisnya. Misalnya, jangan duduk terlalu berdekatan karena dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
f.           Menstabilkan emosi
Jika memiliki masalah, kita tidak boleh emosi. Harus sabar dengan cara menenangkan diri. Harus menyelesaikan masalah dengan komunikasi, bukan amarah/emosi.
g.           Etika Pergaulan Remaja
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno Ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan,sikap cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta etha´ artinya adalah adat kebiasaan. Arti inilah yang melatarbelakangi terbentuknya istilah etika´ oleh Aristoteles (384-322 SM): ilmu tentang adat kebiasaan, apa yang biasa dilakukan. Etika mempunyai pengertian yang cukup dekat dengan moral. Moral dari bahasa latin mos jamaknya mores berarti kebiasaan, adat. Dalam kamus bahasa Indonesia pertama kali tahun1988 kata mores dipakai dalam arti yang sama yakni adat kebiasaan. Jadi kata moral dan etika keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan.
2.        Pergaulan Remaja Yang Tidak Sehat
Pergaulan remaja zaman sekarang memang sangat memprihatinkan, tidak jarang berbagai berita mengenai kenakalan remaja bermunculan. Mulai dari genk motor tawuran, seks bebas, sampai pada penggunaan narkotika NAPZA. Ini menunjukkan bahwa pergaulan remaja saat ini sudah tidak sehat lagi. Cara pergaulan remaja yang seperti sekarang ini tentu saja sangat menimbulkan dampak negatif. Selain memperburuk situasi dan kondisi pergaulan remaja dan mempengaruhi cara hidup remaja lain, cara pergaulan remaja yang seperti sekarang juga dapat mempengaruhi kualitas hidup generasi anak cucu kita.
Remaja merupakan generasi yang diharapkan oleh bangsa ini, pemimpin dan penerus dari para pemimpin bangsa ini adalah remaja saat ini, itulah mengapa penting bagi kita untuk membenahi perilaku serta kebiasaan remaja saat ini yang menyimpang jauh dari kaidah-kaidah kebenaran. Bisa dibayangkan, bagaimana ke depannya negara ini bila dipimpin oleh pemimpin yang bermasalah. Mengarahkan serta mengajak para remaja yang bermasalah ini ke jalur yang benar merupakan tugas dan tanggung jawab kita sebagai warga negara yang baik. Nasib negara ini tergantung dari kita dan remaja kita.
Adapun solusi permasalahan remaja masa kini yaitu:
1.        Pentingnya kasih sayang dan perhatian yang cukup dari orang tua dalam hal dan keadaan apapun.
2.        Pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Pengekangan terhadap seorang anak akan berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Di hadapan orang tuannya dia akan bersikap baik dan patuh, tetapi setelah dia keluar dari lingkungan keluarga, dia akan menggunakannya sebagai pelampiasan dari pengekangan itu, sehingga dia dapat melakukan sesuatu yang tidak diajarkan orangtuanya.
3.        Seorang anak hendaknya bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Hal tersebut dikarenakan apabila seorang anak bergaul dengan teman yang tidak sebaya yang hidupnya berbeda, sehingga dia pun bisa terpengaruh gaya hidupnya yang mungkin belum saatnya untuk dia jalani.
4.        Pengawasan yang lebih terhadap media komunikasi, seperti internet, handphone, dan lain-lain.
5.        Perlunya bimbingan kepribadian bagi seorang anak agar dia mampu memilih dan membedakan mana yang baik untuk dia maupun yang tidak baik.
6.        Perlunya pembelajaran agama yang diberikan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai agamanya.
 

BAB IV

KESIMPULAN


Akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan kita, akan menjadi apa kita kedepannya tergantung dari akhlak kita. Sebagai hamba Allah yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu berbuat baik dan meninggalkan segala sesuatu yang buruk.
Sumber dari semua akhlak mahmudah di dunia ini hanya satu, yaitu yang terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW, bila kita mencontoh dan mengamalkan akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari maka bisa dipastikan kita akan selamat dunia dan akherat.

DAFTAR PUSTAKA 

Kartini, Kartono, Dr., (2005). Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sari, E. S., (2007).Hukum Dalam Ekonomi.Jakarta: Grasindo.
Pindyck, R. S., Rubinfeld, D., (2005). Microeconomics, sixth edition. New Jersey: Prentice Hall.
Ilmu Dari Simba. (2013, 3 Januari). Contoh Makalah Akhlak. Diperoleh 24 September 2013, dari http://simba-corp.blogspot.com/2012/03/makalah-akhlak.html
Citra Riski Blog. (2013, 18 Mei). Makalah Akhlak Islami. Diperoleh 24 September 2013, dari http://citrariski.blogspot.com/2011/02/makalah-akhlak-islami.html
Agama Islam. (2011, 21 Agustus). Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah. Diperoleh 24 September 2013, dari http://www.belajaragamaislam.blogspot.com/
Ilmu Islam. (2012, 14 September). Pengertian Akhlak. Diperoleh 24 September 2013, dari http://www.ilmuislam.blogspot.com/
Gudang Ilmu. (2012, 26 Maret). Monopoli dan Perdagangan Dalam Islam. Diperoleh 25 September 2013, darihttp://www.gudangilmu.blogspot.com/
Qur’an. The Noble Qur’an. Diperoleh 25 September 2013, dari http://quran.com/
Jamal Beta. (2012, 27 September). Akhlak seorang anak kepada orang tua. Diperoleh 5 Oktober 2013, darihttp://jamalbeta.blogspot.com/
Ietha Fairuz. (2013, 14 Juli). AKHLAK TERHADAP TEMAN SEBAYA. Diperoleh 5 Oktober 2013, darihttp://iethafairuz.blogspot.com/2013/07/akhlak-terhadap-teman-sebaya.html
Eka Chuby. (2007, 19 Desember). Pergaulan Remaja Masa Kini. Diperoleh 6 Oktober 2013, dari http://ekachuby.blogspot.com/2007/12/pergaulan-remaja-masa-kini.html

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar